Pada akhirnya, aku pun menyadari bahwa bercerita dengan menggunakan gambar-gambar tertentu jauh lebih menyenangkan daripada tidak bercerita sama sekali. Dari sekedar catatan perjalanan yang memampang sejumlah foto dari kamera poket dan DSLR di blog ini, teknik itu pun berlanjut dengan memanfaatkan kamera ponsel setengah baru dan blog yang benar-benar baru di kampung sebelah, fisterous.
Dengan kamera ponsel, tentu saja intensitas jepret-menjepret jadi lebih tinggi karena alasan kepraktisan dalam membawa gadget tambahan selama beraktivitas sehari-hari, "Masa, bayar rekening listrik saja harus bawa kamera digital!" Oke, meskipun kesan asal-asalan itu jauh lebih kentara jika ditinjau dari alat yang pada prinsipnya digunakan untuk bertelepon dan mengirim sms. Coba kita cuplik pernyataan dari seorang kawan fotografer yang asli Solo, Dony Alfan, "Memotret dengan ponsel kamera itu beban psikologisnya tidak seberat ketika memotret dengan DSLR - yang sering kali ada 'tuntutan' harus bikin foto bagus."
Berikutnya, tempat parkir segala jenis gambar yang diambil dengan kamera ponsel itu bernama fisterous. Semua hasil jepretan yang tersaji tidak melewati proses editing ataupun manipulasi sedikitpun. Satu kata untuk judul setiap posting, biar sisanya gambar dan caption pendek yang bercerita. Tidak memaksa, tapi harus satu kata. Penting? Tidak terlalu! Intinya, daripada tidak di-share lebih baik di-share.
Dengan kamera ponsel, tentu saja intensitas jepret-menjepret jadi lebih tinggi karena alasan kepraktisan dalam membawa gadget tambahan selama beraktivitas sehari-hari, "Masa, bayar rekening listrik saja harus bawa kamera digital!" Oke, meskipun kesan asal-asalan itu jauh lebih kentara jika ditinjau dari alat yang pada prinsipnya digunakan untuk bertelepon dan mengirim sms. Coba kita cuplik pernyataan dari seorang kawan fotografer yang asli Solo, Dony Alfan, "Memotret dengan ponsel kamera itu beban psikologisnya tidak seberat ketika memotret dengan DSLR - yang sering kali ada 'tuntutan' harus bikin foto bagus."
Berikutnya, tempat parkir segala jenis gambar yang diambil dengan kamera ponsel itu bernama fisterous. Semua hasil jepretan yang tersaji tidak melewati proses editing ataupun manipulasi sedikitpun. Satu kata untuk judul setiap posting, biar sisanya gambar dan caption pendek yang bercerita. Tidak memaksa, tapi harus satu kata. Penting? Tidak terlalu! Intinya, daripada tidak di-share lebih baik di-share.
sebenernya pengen banget bisa... tapi banyak istilah ribednya.. chanel KOMPAS sekarang malah punya acara sendiri tuh mengenai ini :(
BalasHapuspokoke hajar bleh...apa yang di depan mata, jepret..!!! salam jepret dari tetangga sebelah
BalasHapusfoto2mu memang ajib and ajaib, mbok sekali-kali moto aku :)
BalasHapusYaa... udah nulis panjang, komentarnya nggak keposting :(
BalasHapusMengutip Paman Tyo, kalau lagi buntu, foto bisa jadi pemicu tulisan :) Jadi kalau di awal ngeblog, gambar saya jadikan pelengkap tulisan, sekarang justru sebaliknya :D
keinginan yang gag tercapai nii kang buat saiia :(
BalasHapus@Majalah: Saya dulu juga begitu, ribet dengan istilah fotografi. Tapi itu semua sebatas teori, kok. Intinya ya asal jepret itu :)
BalasHapus@Prabu: Betul, apa susahnya asal jepret? Biarkan pemirsa yang menilai. Salam kenal :D
@Cak Jun: Matur tengkyu Cak. Lha, apa saya harus terbang dulu ke Maumere? :)
@mpokb: Soal komen panjang, saya baru saja mengalami kemarin di blog Paman Tyo, puanjang tapi yang masuk cuman belakangnya saja. Dua kali malah. Soal gambar, sama dong mpok. Dulu sebagai pelengkap, sekarang sebagai inspirasi posting.
@genial: Bukannya sampeyan ahlinya photoshop? Tinggal njepretnya dong :)
Ajari donk mas cara mengintip yang baik dan benar
BalasHapushalo Mas Fiz, long time no see :)
BalasHapusaku juga penggemar menjeprat-jepret momen dengan menggunakan kamera HP. kadang pake kamera di BB-ku, kadang pake aplikasi Instagram di HP Suami.
Belum tertarik untuk memiliki kamera DSLR, krn so far masih jatuh cinta dgn kepraktisan kamera HP atau digicam poket biasa :)
Kayaknya saya juga harus mulai memikirkan foto sebagai alternatif pelepas kebuntuan ngeblog nih. Biar update bisa lebih sering :D
BalasHapushobi baru dan rumah baru..., kembang terus kang.., ojo lali tambah isine omah... hehehee...
BalasHapus@Lozz: Saya bukan ahlinya Mas, hanya sering coba kamera apa saja dengan teknik dan kemauan yang dipengaruhi mood. Punya banyak e-book tentang fotografi, tapi lebih suka lihat gambarnya. Yang penting, semua orang bisa ngintip kok... :)
BalasHapus@Tyka: Yup, lebih praktis karena penjepretnya selalu ada di saku. Instagram? Wah, keren itu. Soal DSLR, karena ketidakpraktisannya itu rasanya saya masih perlu banyak belajar juga. Alhamdulillah kabar baik, Madam :)
@gardino: Jangan dicoba, karena bisa menyebabkan kecanduan :)
@whyU: He'eh Mas, iki yo nggal titik nambahi isine omah. Mampir ta?
Yang penting motret :D
BalasHapusBagus gak bagus yang kita pakai adaah ukuran kita :)
Betul juga ya Paman, kalau kita merasa itu bagus ya simpan saja di hardisk, kalau jelek ya hapus saja. Jangan eman, mumpung fotografi belum sampai ke pemanfaatan film negatif. Salah ya? :D
BalasHapusta' pikir sampeyan iku FIZ koncone adam-balung, hehehehe.....
BalasHapusBukan, tapi masih berteman dengan mpok novi yang sempat maen ke Surabaya dulu... :)
BalasHapussepertinya kalau post tana gambar terkesan hoax,... saya kadang2 harus mikir 3 kali publish tanpa foto :)
BalasHapus@Kaget: Berarti benar kata orang-orang jaman dulu, bahwa gambar itu bisa menceritakan seribu kata... :)
BalasHapusberkunjung sob..salam blogger
BalasHapussukses selalu yah..:)