Memotret bagiku bukanlah sebuah profesi, hanya hobi yang berawal dari keisengan membawa kabur sementara sebuah kamera poket digital dari pabrik ke sebuah ladang kacang tanah di suatu tempat. Jadi, semoga tidak ada yang bertanya soal shutter speed atau istilah lain dengan kerumitan setara itu. Saat mood pas bagus, objek unik, cahaya pas, warna menarik, maka tinggal ambil angle yang pas, dan jepret. Perkara hasil itu urusan nomer pitulas.
Soal alat, tentunya merupakan keuntungan tersendiri bagiku yang pernah mencoba banyak merek kamera digital punya pabrik. Ya, setidaknya dari Pentax Optio keluaran tahun 2003, Sanyo S1, Nikon E5200, Lumix DMC-FX10, Lumix DMC-TZ3, Nikon Coolpix S3100, hingga DSLR umum Canon 1000D yang baru saja rusak di lensanya karena jadi sarang semut. Khusus yang belum tertulis, merupakan sebuah produk baru berlensa lebar, umur lima bulan, mengandung GPS, milik pribadi, dan tidak diperjualbelikan, Lumix DMC-TZ10.
Setelah dijepret, perlu kiranya gambar yang didapat sedikit dipoles agar tampak lebih cerah dan tajam. Bukan manipulasi, hanya edit biasa dengan penambahan tingkat kontras dan kuantitas warna. Inilah tahap yang cukup menyenangkan, bebas melakukan eksperimen bersama seperangkat piranti pengolah gambar dan sejumlah ide. Boleh ditambah secangkir kopi, atau galundeng anget, atau samsu eceran. Bebas lah!
Sesi terakhir adalah sebarkan, bisa melalui jejaring sosial, galeri pribadi, atau di mana saja, agar orang lain turut menikmati suatu bentuk keindahan duniawi dari sudut pandang kita. Abaikan celaan, tampung masukan, dan terima kritik yang bersifat membangun. Seperti yang pernah dikatakan Paman Tyo, "Yang penting motret. Bagus gak bagus yang kita pakai adalah ukuran kita."
Oh ya, bagi yang bertanya soal galundeng, silakan mengingat roti goreng berbentuk bantal yang biasa dijual bersama cakue. Terus bagi yang ingin melihat sosok Lumix DMC-TZ10, bisa melihat ilustrasi di atas, baris satu kolom lima. Adapun galeri jepretan saya, tetap ada di kampung sebelah dan tidak berpindah-pindah.
Soal alat, tentunya merupakan keuntungan tersendiri bagiku yang pernah mencoba banyak merek kamera digital punya pabrik. Ya, setidaknya dari Pentax Optio keluaran tahun 2003, Sanyo S1, Nikon E5200, Lumix DMC-FX10, Lumix DMC-TZ3, Nikon Coolpix S3100, hingga DSLR umum Canon 1000D yang baru saja rusak di lensanya karena jadi sarang semut. Khusus yang belum tertulis, merupakan sebuah produk baru berlensa lebar, umur lima bulan, mengandung GPS, milik pribadi, dan tidak diperjualbelikan, Lumix DMC-TZ10.
Setelah dijepret, perlu kiranya gambar yang didapat sedikit dipoles agar tampak lebih cerah dan tajam. Bukan manipulasi, hanya edit biasa dengan penambahan tingkat kontras dan kuantitas warna. Inilah tahap yang cukup menyenangkan, bebas melakukan eksperimen bersama seperangkat piranti pengolah gambar dan sejumlah ide. Boleh ditambah secangkir kopi, atau galundeng anget, atau samsu eceran. Bebas lah!
Sesi terakhir adalah sebarkan, bisa melalui jejaring sosial, galeri pribadi, atau di mana saja, agar orang lain turut menikmati suatu bentuk keindahan duniawi dari sudut pandang kita. Abaikan celaan, tampung masukan, dan terima kritik yang bersifat membangun. Seperti yang pernah dikatakan Paman Tyo, "Yang penting motret. Bagus gak bagus yang kita pakai adalah ukuran kita."
Oh ya, bagi yang bertanya soal galundeng, silakan mengingat roti goreng berbentuk bantal yang biasa dijual bersama cakue. Terus bagi yang ingin melihat sosok Lumix DMC-TZ10, bisa melihat ilustrasi di atas, baris satu kolom lima. Adapun galeri jepretan saya, tetap ada di kampung sebelah dan tidak berpindah-pindah.
hingga DSLR umum Canon 1000D yang baru saja rusak di lensanya karena jadi sarang semut << pinteerr..anak capa cih...
BalasHapusYa, namanya barang plat kuning punya pabrik, yang lain merawat, yang lain merusak pelan-pelan secara tidak sengaja. Yang merawat? Tentu anak pinter (seperti aku ini), sedangkan yang merusak adalah pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab :)
BalasHapusmantap Om Fiz, aku seneng sing foto pohon keres, ingat cilikanku :)
BalasHapusRSI SAKINAH MOJOKERTO telp/sms : +6285648280307
BalasHapusSalam kenal :D
BalasHapuskalo prinsipku:
BalasHapusyang penting MOTRET, merekam dan mengabadikan KENANGAN.
bagus gak bagus, itu sakarepku dewe, hehehehe....
benar2 colorfull maz...seger jdnya mata saya..asseeekkk
BalasHapusCak Jun: Wah, sampeyan pasti saingannya para burung liar yang biasa ngoceh di atas pohon keres, Cak :)
BalasHapusRSI: Terima kasih Mas/Mbaknya...
9ede: Salam kenal balik :)
Tyka: Hahaha... Betul Madam, yang suka boleh pesen, yang ndak suka boleh lewat saja :)
Hilda: Alternatif 'ngumbah moto' yo mlaku2 nang kampung sebelah iku, gak mek nang tunjungan tok :)
foto galerinya kereeen, kalau foto bagus dan engga itu, kalau saya lhoooh, hanya masalah selera saja, hihi
BalasHapuskalau foto saya yg menilai baik buruk ya saya sendiri :)
Saya kemana mana cuma ngantongi pocket cam, ngga pernah ngelus DSLR :P
BalasHapus@Jarwadi: Terima kasih. Yang menguntungkan adalah jika selera kita tentang foto bagus itu cenderung bisa diterima oleh banyak orang.
BalasHapus@Dumb: Bersyukurlah Mas, karena DSLR bagi saya dulunya itu terkesan mempersulit penggunanya... :)
KAKAAAAK lama tak suaaaa.. masing inget Shirei (mungkin lupa). reborn nih dg blog baru shirei.
BalasHapusBtw suka moto tho... kereeeeen
aku cm punya pro summer Nikon P 90 (cupu)
tp emank yg penting 'jadi'. kalau bs bagus, alhamdulillah. ga bagus , ya mari kita edit(lho) wehehehe
Aha, masih ingat kok. Shirei yang identik dengan sapaan "Kakak" dulu. Yup, fotografi adalah hobi pelepas kepenatan di antara kesibukan sehari-hari. Asal jepret, kalau kurang bagus ya edit saja... :)
BalasHapusmas mbok saya ini diajarin dong cara ngintip yang baik dan benar hehehe. santai wis nanti saya kasih Samsu eceran deh
BalasHapus