13 Maret 2018

Jogja dalam Romantisme


Cinderamata hari kemarin, sate jamur dari warung spesialis jamur di jalan Magelang. Sebenarnya, mampir ke sana adalah demi romantisme masa kecil, botok jamur khas Emak. Sayangnya masih belum oke, belum dapat. Tapi, inilah bonusnya! Saya yakin orang-orang di luar sana menyebutnya sebagai Wanderlust.

Soal jamur yang saya ingat, adalah sebentuk hasil 'panen' Mbah Kung di tanggul Brantas selagi mencari rumput untuk makanan pokok si Nganu. Em, saya tidak tau apakah beliau benar-benar pernah menamakannya, seekor kuda cokelat pekat penarik dokar keluarga kami. Berjaya, begitu berjaya. Sebelum tanda-tanda keberhasilan revolusi industri menyentuh setiap sudut pasar kecamatan, mobil angkutan pedesaan.

Gambar satu diambil tepat tiga hari sebelum move-on seratus persen dari Surabaya menuju Jogja. Ya, untuk selanjutnya kami sekeluarga akan menetap di Jogja. Adalah gambar kedua, Sancaka Pagi yang dijepret pada September lalu dengan kamera ponsel. Kedua gambar dimasak melalui dua hingga tiga kali penyaringan.