Dari atas meja kerja, di depan monitor sembilan belas inci, di sela-sela puluhan halaman soft copy yang harus kelar pertengahan Juni nanti, muncul aneka gambar sabana dari kawasan ujung timur pulau Jawa, Baluran. Begitu eksotis sekaligus mengejek, memohon untuk dikunjungi akhir semester ini. Itupun kalau masa liburan tidak maju ataupun mundur.
Meski itinerari belum kelar, setidaknya niat tulus ikhlas sudah ada di dalam hati, begitu juga banyaknya peserta dan waktu kunjungan yang nyaris telah bisa dipastikan. Rencananya sang Juragan bersama lima-enam teman kantor akan bersafari di Taman Nasional itu selama dua hari satu malam. Jobdes yang diusung dalam perjalanan kali itu adalah eksplorasi alam, landscape hunting dan refreshing. Semoga seiring berjalannya waktu muncul aneka pencerahan seputar spot yang rekomended untuk kami datangi, amin. Soal akomodasi, sepertinya sang Juragan harus banyak bersyukur karena destinasi yang dimaksud masih berada dan belum keluar dari wilayah yang bernama pulau Jawa, sehingga biaya apapun seharusnya tidak membahayakan kantong siapapun.
Tentu saja, prior knowledge seputar backpacking telah ada sejak tiga tahun lalu dan terus berkembang meski lambat hingga cerita ini ditulis. Hanya saja, jika selama ini rute jalan-jalan masih terbatas di area kota-kota dengan kandungan hutan dan padang rumput mendekati nol persen, maka sisa waktu sebulan ini harus banyak belajar tentang bagaimana survive bersama kamera digital, botol minum, nasi bungkus, teman kantor, peta kertas, guide boy, dan ponsel di alam liar. Semoga nanti ada yang bawa card reader plus laptopnya, amin.
Oh ya, ilustrasi anggrek didapat dari halaman depan rumah di desa, punya Ibu dan sama sekali bukan bunga liar. Soal kenapa pilih anggrek, lagi-lagi masalah selera. Siapa tahu masih berhubungan dengan eksplorasi alam. Terima kasih, mohon doa restu.
ojo lali sangu sego bungkus sing akeh.. :D
BalasHapusSego bungkus yo iyo, tebon yo iyo, lumayan bekne pethuk kebo liar iso dijak mangan bareng :)
Hapusiki gawe kamera opo Om?
BalasHapusPoket bongsor Panasonic Lumix DMC-TZ10 with GPS. Sayang kalau lihat yang versi hi-ress masih kurang fokus di petal-nya. Harus banyak belajar pakai kamera DSLR nih, Cak.
Hapusmantajp bet dah bunga kembang nya semagnat aja yah mas broo
BalasHapusanggrek di depan rumah milik Ibu bagus sekali, Cak, tampak indah dipandang; sungguh ini juga berkat kemampuan memotret yang bagus, hmmm.... saya kepengen belajar motret Cak....
BalasHapus... juga berkat kamera yang lumayan canggih, Pak. Monggo, boleh nyimak atau mampir di kampung sebelah saya, Flickr.
Hapusaku juga berencana ke Baluran....
BalasHapustapi mungkin setelah lebaran.
tolong nanti bagi bagi info kalo udah lebih dulu kesana yaa...
Siyap! Semoga kemaraunya juga nyampai di bulan itu. Ndak seru kan kalau ke padang rumput tapi warnanya serba hijau :)
Hapusmelu..melu...
BalasHapusMonggo! Gowo ransum dewe tapine... :)
Hapussemoga dilebihkan rejekinya, sehingga rencana2 bs berjalan lancar.
BalasHapusrejeki berupa duit (ya tentunya), rejeki berupa sehat, dan rejeki berupa dibolehken cuti pas hari yg diincer :D
Amien, swiiiip. Tinggal tunggu tanggal muda sama CP akomodasi :)
HapusWah, bawa ponsel, jangan lupa sinyalnya ikutan dibawa ke hutan lho... :D
BalasHapusSelamat pakansi, Bung Fiz. Ditunggu cerita dan foto-fotonya ya.. Pasti keren :)
Hahaha, memang di sana tidak ada sinyal, ponsel hanya digunakan sebagai pengganti notes dan pensil. Kalaupun ada sinyal yang nyasar, anggaplah itu bonus, Mpok :)
HapusOke, terima kasih.
salam gan ...
BalasHapusmenghadiahkan Pujian kepada orang di sekitar adalah awal investasi Kebahagiaan Anda...
di tunggu kunjungan balik.nya gan !