15 Agustus 2012

Bab Dua


Matahari belum terlalu tinggi saat kami menuju Pos Jaga Bekol di sebelah utara Guest House. Tujuan kami satu, mencari informasi seputar pendampingan untuk paket tracking beberapa jam mendatang. Dari dialog antara teman kami Ady dan Bapak Penjaga Pos yang hanya berdurasi kurang dari tiga menit, kami diharuskan bergeser (sekali lagi) ke Pos Jaga Resort Bama yang berjarak tiga setengah kilometer untuk mendapatkan guide. Baiklah, lagipula cepat atau lambat kami memang harus ke Bama untuk melakukan ritual sarapan siang.
Seperti yang seharusnya terjadi, hari masih relatif pagi untuk berjumpa kembali dengan aspal bergelombang sesuai deskripsi tentang jalanan rusak tempo hari. Dari atas kendaraan, kami sempat menikmati atraksi rusa menyeberang jalan dan kawanan kera abu-abu yang berteduh di bawah rimbunnya pepohonan. Jauh di depan, tampak dua orang turis yang telah kami temui sebelumnya, Veronica dan Zdenka, berjalan ke arah pantai. Mereka telah berjalan kaki setidaknya dua kilometeran dari Bekol, tanpa seorang pemandu. Oke, sepertinya mobil kami masih muat untuk ditambah dua penumpang lagi.
Jika hari pertama fokus eksplorasi adalah savana, maka hari berikutnya kami berupaya menepati itinenari untuk mengupas sisi lain Baluran di Resort Bama, pantai. Tepat sekali jika penjaga kantin merekomendasikan Dimas, seorang ranger yang waktu itu 'tersedia' sebagai pemandu tracking. "Ber-tracking-lah dulu saudara sembari menunggu kami menanak nasi..." atau semacam itulah pesan yang sempat saya tangkap dari dua juru masak kantin. Ya, kami pun sepakat untuk melakukan tracking jalur pendek berupa susur pantai, melintas jembatan mangrove dan melibas rute bird watching.
Kesan seputar pantai Bama? Lumayan untuk pasir putihnya, menggugah selera untuk kerimbunan hutan bakaunya. Bagaimana dengan jembatan mangrove? Tunggu dulu! Berdasarkan literatur bergambar dari blog beberapa minggu sebelumnya, saya dan Ady merasa tampilan jembatan mangrove kali ini sama sekali jauh dari yang diharapkan, lebih eksotis. Tampaknya, perbaikan infrastruktur Taman Nasional telah menyentuh setiap ruas jembatan maupun dermaga yang dulunya sempat terabaikan. Lalu bagaimana dengan rute bird watching? Benar-benar rimbun, banyak nyamuk, tetapi menyegarkan. Cocok sebagai pengobat rindu kami selaku warga metropolis pada hutan rimba.
Akhirnya, kami harus cepat kembali untuk menikmati sarapan di kantin Resort Bama bersama nasi goreng dan sekaleng kopi cair. Juga beberapa menit ke depan bersama sabun mandi dan handuk di Guest House Bekol. Tak lupa packing untuk perjalanan berikutnya, eksplorasi sore di pantai berpasir putih lain yang berjarak 162 kilometer ke arah barat daya.
Oh ya, video di atas dibuat dengan sejumlah alat dan bahan yang relatif alakadarnya. Masih bersama poket bongsor berlensa 25 milimeter bawaan pabrik, Pinnacle Studio 12 edisi Ultimate, PC berotak dua tanpa kartu grafis, dan gambar mentah yang tidak cukup jernih berdimensi 1280x720 piksel. File jadi generasi 1.0 sempat dianggap melanggar paten karena memanfaatkan musik latar original dari Paloma Faith bertitel Technicolour.