28 Mei 2009

Hobi Lama


Pernah baca dari sebuah milis, jika jam resmi pulang kantor di Jepang adalah 17.00 maka sebagian besar pegawai di sana akan meninggalkan tempat kerja pada pukul 20.00. Sebuah etos kerja yang sukar ditemukan di belahan dunia manapun. Bahkan ada sebuah pameo, "Bila Anda datang ke kantor pada pukul 09.00 (jam resmi masuk kantor di Jepang) dan pulang pada pukul 17.00, maka atasan dan kawan-kawan Anda akan mengatakan bahwa Anda tidak memiliki niat bekerja".
Andaikata saya adalah orang Jepang yang lebih suka baca buku daripada ngeblog, ngenet, dengarkan musik dan benar-benar bekerja di sebuah kantor di pinggiran kota Tokyo pastinya akan melakukan hal yang sama dengan pameo di atas. Tentu karena pengaruh teman dan lingkungan kerja yang begitu kondusif. Faktanya, hingga saat ini saya bukanlah orang Jepang. Hanya pegawai swasta biasa yang pernah empat-lima bulan membiasakan pulang kantor tiga jam lebih lambat dari jam pulang pada umumnya. Tapi itu dulu, tepatnya sebelum hobi sewa-putar film berformat VOB ataupun DAT di sore hari kambuh kembali (untuk sementara lupakan dulu etos kerja ala Jepang nan jauh di sana, mari bicara soal sewa-putar film!).
Di sebuah gerai persewaan home video sekitar Royal Plaza Ahmad Yani, semua serba..... (tahu kan bahasa iklan? :D). Bayangkan, dengan sistem deposit pre-paid sebesar 50 ribu maka bonus deposit 10 ribu positif ada di tangan. Belum lagi durasi peminjaman yang dapat ditentukan sendiri oleh pihak konsumen. Adapun biaya sewa setiap judul film hanya dibedakan berdasar tahun rilisnya, atau dengan kata lain ada film baru dan film lama. Umumnya, film lama akan dijadikan bonus untuk setiap peminjaman sejumlah film baru dengan rincian tiga film baru gratis dua film lama dan empat film baru gratis tiga film lama. Sampai di sini, untuk kategori lama dan baru sepertinya hanya pemilik gerai dan para kasir yang tahu detailnya.
Dengan perkiraan kapasitas setiap judul film berformat DAT adalah satu gigabyte, maka untuk sebuah partisi hardisk berukuran 20 gigabyte akan mampu memuat 20 judul film tanpa jeda iklan sama sekali. Belum lagi film kepingan berformat VOB dengan kualitas gambar dan suara prima yang lebih nyaman dinikmati langsung dari kepingannya (pirate is crime, unless for personal use... :D). Akhirnya, setiap sore sepulang kantor hingga larut malam maksimal dua judul film ludes bersama sekaleng ion supply drink, kacang kulit rasa, dan tak lupa tahu tek.

19 Mei 2009

Satu Kosong


Selepas hujan sore itu, sambil menikmati sajian jagung godhok dari si Mbah pemilik kost, tiba-tiba terlontar sebuah pertanyaan dari mantan pimpinan ludruk era 70-an itu dalam bahasa Jawa:
Mbah : Kembang jagung niku arane nopo Dik?
Aku : Mboten ngertos Mbah
Mbah : Kembang jagung niku arane Asmorondono
Aku : Ooo, tapi nek kembang nongko kulo ngertos Mbah, Onthel!
Mbah : Kembange kluwih nggih Onthel
Aku : Nek kembange gedhang niku Ontong
Mbah : Sak niki namine anakan. Anake sapi niku arane nopo?
Aku : Pedhet Mbah
Mbah : Nek anake jaran?
Aku : Emm... Belo
Mbah : Nek anake kebo nopo arane?
Aku : Gudel Mbah. Terus, anake bekicot arane nopo Mbah?
Mbah : Nopo nggih?
Aku : Hehehehehehe...

(search more on jv.wikipedia.org)