Mendadak semua orang membicarakan Jombang. Tidak hanya ulasan via media mainstream, sejumlah media digital semacam portal berita, blog, maupun milis, masing-masing turut membahasnya dari sudut pandang yang hampir sama. Bahkan seorang teman sempat berujar bahwa saat ini Jombang lebih tenar daripada pulau dewata. Sedikit hiperbolik memang, tapi belum tentu valid.
"Dari mana asalnya Mas?"
"Saya asli Jombang"
"Tetangganya Ryan?"
"Itulah. Sebenarnya, jika dikupas lebih jauh nama Jombang sendiri berasal dari dua suku kata berbeda yaitu ijo dan abang. Yang ijo sampeyan pasti sudah tau sendiri, ada Gus Dur, Cak Nun, Nurcholis Majid, KH. Wachid Hasyim, KH. Hasyim Asy'arie dan kawan-kawan seperjuangannya. Lha yang abang, tentu sampeyan sudah pernah dengar nama Sumiasih (bukan Sumiarsih), Ryan dan sebangsanya."
"Trus, sampeyan masuk kategori mana Mas?"
"Tergantung siapa yang memandang dulu. Yang jelas, saya ya saya! Tidak selalu hijau saat kampanye partai A berlangsung, atau kuning ketika konvoi partai B lewat, terlebih jadi merah saat berada di wilayah partai C."
"Dari mana asalnya Mas?"
"Saya asli Jombang"
"Tetangganya Ryan?"
"Itulah. Sebenarnya, jika dikupas lebih jauh nama Jombang sendiri berasal dari dua suku kata berbeda yaitu ijo dan abang. Yang ijo sampeyan pasti sudah tau sendiri, ada Gus Dur, Cak Nun, Nurcholis Majid, KH. Wachid Hasyim, KH. Hasyim Asy'arie dan kawan-kawan seperjuangannya. Lha yang abang, tentu sampeyan sudah pernah dengar nama Sumiasih (bukan Sumiarsih), Ryan dan sebangsanya."
"Trus, sampeyan masuk kategori mana Mas?"
"Tergantung siapa yang memandang dulu. Yang jelas, saya ya saya! Tidak selalu hijau saat kampanye partai A berlangsung, atau kuning ketika konvoi partai B lewat, terlebih jadi merah saat berada di wilayah partai C."