Tiga tahun sejak kopdar Februari 2009 lalu dan baru sempat jalan-jalan lagi ke Sidoarjo kota, aku menyempatkan diri untuk meluncur ke HIK Solo di Raya Gajah Mada bersama istriku, Nyonya Besar. Tidak banyak perubahan, hanya spanduk vinyl cokelat untuk menggantikan spanduk tusir lama dari kain berwarna kuning. Juga pelayan sekaligus pemanggang lauk yang dulunya hanya berjumlah satu, sekarang bertambah menjadi dua orang. Adapun Kang Mangun, pemilik warung, tentu saja menikmati efek penambahan personel itu dengan terlihat jauh lebih santai saat melayani pembeli.
Soal hidangan. Menurutku, rasa teh kampul hangat di sana terkesan aneh, cukup pahit di lidah. Sebaliknya, menurut istriku yang asli Jogja dan penggemar teh, justru rasa pahit dalam teh manis itulah yang membuatnya mantap. Orang Jogja dan kulonan pada umumnya, termasuk Solo, biasa menggunakan teh Cap Tang dengan rasa yang tenar akan tendangannya. Baiklah, kembali soal selera. Oh ya, kali ini sengaja tidak ada pesanan kopi joss, karena sebelum berangkat, kopi hitam rumahan baru saja selesai diracik. Lagi pula, seingatku masih separuh gelas saat kutinggalkan. Lebih detail seputar kopi joss dan nasi kucing, baca lagi ulasan tempo hari di sana.
Soal harga. Untuk 8 bungkus nasi kucing, 10 cakar ayam bacem, 4 tusuk kerang, 4 tusuk kulit dan 2 gelas teh kampul dipatok harga 36.000 perak. Tanpa bertanya harga per item, tentu saja budget sebesar itu masih tergolong murah. Selebihnya, saat kutanya berapa persen kemiripan dengan angkringan asli Jogja ditinjau dari sisi sopan-santun pelayanannya, dialek Jawanya, pedasnya masakan, juga faktor lainnya, istriku memberi nilai 98%.
Soal hidangan. Menurutku, rasa teh kampul hangat di sana terkesan aneh, cukup pahit di lidah. Sebaliknya, menurut istriku yang asli Jogja dan penggemar teh, justru rasa pahit dalam teh manis itulah yang membuatnya mantap. Orang Jogja dan kulonan pada umumnya, termasuk Solo, biasa menggunakan teh Cap Tang dengan rasa yang tenar akan tendangannya. Baiklah, kembali soal selera. Oh ya, kali ini sengaja tidak ada pesanan kopi joss, karena sebelum berangkat, kopi hitam rumahan baru saja selesai diracik. Lagi pula, seingatku masih separuh gelas saat kutinggalkan. Lebih detail seputar kopi joss dan nasi kucing, baca lagi ulasan tempo hari di sana.
Soal harga. Untuk 8 bungkus nasi kucing, 10 cakar ayam bacem, 4 tusuk kerang, 4 tusuk kulit dan 2 gelas teh kampul dipatok harga 36.000 perak. Tanpa bertanya harga per item, tentu saja budget sebesar itu masih tergolong murah. Selebihnya, saat kutanya berapa persen kemiripan dengan angkringan asli Jogja ditinjau dari sisi sopan-santun pelayanannya, dialek Jawanya, pedasnya masakan, juga faktor lainnya, istriku memberi nilai 98%.
Update: Baca juga komen dari Kang Sayurs seputar HIK dan Teh Kampul.
Wow... 8 nasi kucing.
BalasHapusSaya jadi kangen dengan nasi kucing di Warkop Medan....
Ya, setengah dari setiap porsi dimakan di tempat, sedangkan sisanya dibawa pulang.
BalasHapusOh, di Medan ada warkop yang jualan nasi kucing juga ya Mbak?
wah ada nilainya segala yo Mas. hehe
BalasHapusItulah enaknya jadi orang iseng, bebas melakukan apa saja termasuk menilai apapun dari sudut manapun :)
Hapusenak mana sama sego sambel?
BalasHapushehehe
Waduh, bingung Sa! Yang jelas sama pedesnya, lebih banyak sego sambel, tapi lebih murah sego kucing.
HapusDi angkringan ada juga lemon tea ya, Fiz?
BalasHapusSetauku susu jahe.. :(
Angkringan ini beda, belum tentu ada di angkringan lain Mbak... :)
Hapus1. kata "angkringan" diikuti nama kota "Jogja" sedangkan yang mendahului nama kota "Solo" adalah kata "hik". Jadi, judul artikel ini mengasumsikan tempat wedangan yang versi Solo, namun dalam tulisannya kok masih ada kata angkringan Solo, sedangkan judulnya sudah hik *halah dibahas*
Hapus2. Di hik, ada yang pesen lemon tea juga kok. Tapi, jika anda pesennya lemon tea maka yang muncul adalah minuman teh yang diberi air PERASAN jeruk, sedangkan yang nampak pada gambar ilustrasi diatas (irisan jeruknya dicemplungkan) itu biasa dipesan sebagai 'teh kampul'
3. kapan nge-hik di Solo langsung, tak temeni wis.. :P
Suwun.
sayurs [tanpa login]
Nah, ini orang Solonya lewat. Matur tengkyu koreksinya.
Hapus1. Memang seharusnya pergi ke Solo dulu baru nulis review, atau jalan-jalannya bareng wong asli Solo yang paham seluk-beluk nama maupun tempat khas daerahnya. Oke, secepat mungkin akan diralat, Kang. Suwun...
2. Waduh, berarti kemarin salah minum dong, lha wong aku jelas-jelas pesen lemon tea kok dikasih teh kampul...
3. Insya Allah long weekend akhir bulan ini atau awal bulan depan main ke Solo. Kalau jadi sih :)
wahh jadi pengen nih menikmati nasi kucing serta lauk2nya :p
BalasHapuskeknya enak tuh menyantap nasi kucing ditemani teh anget
BalasHapuskunjungi juga websiteku lho yaa
The kampul, karena ada yang mengapung? :D
BalasHapusKalo nanya arti "hik" ke orang Sala kok banyak versi jawaban ya? :)
Kampul dalam dialek lain juga disebut "ketampul"
HapusLain kali coba kita tanya ke orang Surakarta, Paman :)
aha..., 8 bungkus nasi kucing, 10 cakar ayam bacem, 4 tusuk kerang, 4 tusuk kulit dan 2 gelas teh kampul, mantap Bro....
BalasHapusmakasih infonya yaaa...:)
BalasHapusTolong beritahu dimana pindahnya kang mangun....thanks
BalasHapusKata seorang teman yang warga SIdoarjo, Kang Mangun pindah tidak jauh dari tempat yang lama. Alun-alun terus ke tempat yang lama, lurus sedikit ada pertigaan, belok kiri. Masuk 100 meter sampai. Saya juga belum sempat ke sana lagi.
BalasHapus